Kevin Durant Sebutkan Dia Tidak Betah di Phoenix Suns. Kevin Durant, superstar NBA yang baru bergabung Houston Rockets usai trade dramatis dari Phoenix Suns pada September 2025, tak segan ungkapkan ketidaknyamanannya selama dua musim di Arizona. “Saya merasa tidak betah sejak awal, terutama di peran saya yang terasa terbatas,” ujar Durant di acara CNBC’s Game Plan 2025, soroti bagaimana ia dipaksa spot up shooter daripada primary creator. Trade ini, yang libatkan Julius Randle dan pick 2026, tutup babak singkat Durant di Suns—mereka tersingkir ronde pertama playoff 2025 lawan Timberwolves. Kini di Rockets, Durant siap tip-off musim 2025/26 dengan semangat baru, tapi pernyataannya picu gelombang analisis: Apakah Suns gagal manfaatkan MVP dua kali ini, atau Durant terlalu demanding? Di tengah projected 48 kemenangan Rockets, ini jadi cerita panas pra-musim yang tunjukkan dinamika NBA yang tak terduga. BERITA TERKINI
Ketidaknyamanan Sejak Awal: Peran Terbatas di Suns: Kevin Durant Sebutkan Dia Tidak Betah di Phoenix Suns
Durant gabung Suns Februari 2023 dengan harapan bangun superteam bareng Devin Booker dan Bradley Beal, tapi realita beda. Di musim 2023/24, Suns capai final West tapi kalah 4-2 dari Celtics; Durant rata-rata 27.1 poin tapi usage rate 30 persen—terendah sejak Nets. Ia merasa dipaksa spot up di sisi Booker dan Beal, yang ambil alih ballhandling. “Saya datang untuk lead, tapi sering tunggu umpan—itu bukan gaya saya,” katanya di podcast, soroti offense Suns yang stagnan di clutch time (rank 18 NBA).
Musim 2024/25 tambah frustrasi: Cedera Beal bikin Durant overload, tapi pelatih Frank Vogel ganti ke Mike Budenholzer tak ubah pola—Durant capai 26.8 poin tapi turnover naik 2.5 per game. Suns projected 52 kemenangan musim lalu, tapi tersingkir ronde pertama lagi, soroti chemistry buruk. Durant, yang biasa dominan di Nets dan Warriors, merasa “tidak betah” karena kurang fleksibilitas—ia blokir 0.7 bola per game, tapi Suns rank terbawah di transition offense. Ini bikin ia ragu komitmen jangka panjang, meski kontraknya sisa tiga tahun $150 juta.
Reaksi Trade: Upset atas Cara Suns Handle: Kevin Durant Sebutkan Dia Tidak Betah di Phoenix Suns
Trade ke Rockets September lalu jadi klimaks ketidaknyamanan Durant. Ia ungkap “sedikit kesal” karena tahu rencana Suns dari pihak ketiga, bukan langsung dari manajemen. “Kami bangun hubungan solid, tapi mendengar dari luar bikin sakit hati,” katanya di acara CNBC, soroti komunikasi buruk GM James Jones. Suns pasarkan Durant sejak Juli untuk rebuild, tapi prosesnya bocor ke media, bikin Durant merasa “dijual murah”—deal akhir libatkan Randle, Miles McBride, dan pick, nilai kurang dari ekspektasi.
Ini bukan pertama: Durant pernah minta trade dari Suns 2024, tapi tarik ulang demi playoff push. Kini, ia lihat trade sebagai “pembebasan”—Rockets beri peran utama di sisi Jalen Green dan Alperen Sengun. Suns, tanpa Durant, projected 42 kemenangan dengan Booker lead, tapi fans Phoenix protes keras, tagar #KDStay trending. Durant akui: “Saya pikir run di Suns lebih panjang, tapi ini langkah tepat.” Reaksi ini soroti pola karier Durant: Trade keempatnya sejak 2016, selalu cari fit sempurna.
Adaptasi di Rockets: Target Baru dan Harapan Musim Depan
Di Houston, Durant langsung integrasi: Pra-musim, ia drill pick-and-roll dengan Sengun, target 28 poin plus 5 assist per game. “Saya betah di sini karena bisa ciptakan sendiri—bukan tunggu,” ujarnya, soroti gaya Rockets yang pace 101 possession per game, cocok naluri scorer-nya. Ime Udoka, pelatih, rencanakan Durant di power forward small-ball, manfaatkan tinggi 208 cm untuk switch defense. Musim lalu di Suns, Durant rank top-10 scoring, tapi di Rockets ia target All-NBA lagi—odds +200.
Harapan tinggi: Rockets projected 48 kemenangan di West kompetitif, dengan Durant wakili veteran presence buat Green (22 tahun). Ia juga mentor Amen Thompson, fokus kurangi turnover rookie itu. Tapi, tantangan ada: Usia 37 tahun bikin recovery lambat, dan West penuh bintang seperti Luka Doncic. Durant bilang: “Saya tidak betah di Suns karena terasa stuck; di sini, saya bebas.” Adaptasi ini janji Rockets ke playoff pertama sejak 2020, tapi Durant harus bukti ketahanan di run panjang.
Kesimpulan
Kevin Durant sebutkan ketidaknyamanannya di Phoenix Suns—dari peran terbatas sejak awal hingga upset atas trade mendadak—jadi cerita akhir era singkatnya di Arizona. Dua musim tanpa gelar soroti mismatch ambisi Durant dengan visi Suns, tapi trade ke Rockets buka babak baru penuh potensi. Di usia 37, ia tetap elite scorer, dan target All-NBA di Houston bisa tutup keraguan. Bagi NBA, ini pengingat: Superstar cari fit, bukan loyalitas buta. Musim 2025/26 tip-off nanti, Durant siap bukti—dari tidak betah jadi dominan lagi.