JB Bickerstaff Ingin Jadikan Semua Pemain Timnya All-Role. Pagi ini, 7 Oktober 2025, pelatih Detroit Pistons J.B. Bickerstaff kembali jadi sorotan setelah ungkapan ambisiusnya di konferensi pers pramusim: ingin jadikan semua pemain timnya “all-role”, alias serba bisa di lapangan. Mantan pelatih Cleveland Cavaliers yang dipecat Mei 2024 ini, kini pegang kendali Pistons sejak Juni lalu, yakin visi ini bisa angkat tim dari dasar klasemen timur. “Setiap pemain harus bisa main di lima posisi, defend, shoot, dan pass—tak ada lagi spesialisasi sempit,” katanya santai sambil tertawa, usai latihan pertama di Little Caesars Arena. Di tengah pramusim yang lagi panas, dengan tambahan Cade Cunningham dan Jaden Ivey sebagai core, Bickerstaff terapkan filosofi ini langsung. Ini bukan mimpi kosong; ini strategi yang dia tes sukses di Cavs, di mana Darius Garland ubah jadi playmaker defensif. Dengan Pistons yang finis 14-68 musim lalu, visi all-role ini jadi harapan baru—atau risiko besar? BERITA TERKINI
Latar Belakang Visi Bickerstaff: Dari Cavs ke Pistons: JB Bickerstaff Ingin Jadikan Semua Pemain Timnya All-Role
J.B. Bickerstaff bukan orang baru soal fleksibilitas. Di Cleveland sejak 2020, dia bawa Cavs dari 19 kemenangan jadi 51 musim 2022/23, finis playoff timur. Rahasianya? Ubah pemain jadi versatile: Evan Mobley, dulu pure big, kini bisa switch di perimeter defense; Jarrett Allen tambah shooting range. Bickerstaff bilang, “NBA sekarang soal switchability—tim yang kaku kalah lawan adaptif seperti Celtics.” Dipecat setelah playoff 2024 kalah dari Cavs sendiri dari Magic, dia langsung incar Pistons yang butuh rebuild total.
Pindah ke Detroit Juni 2025 dengan kontrak empat tahun, Bickerstaff lihat potensi: Cunningham sebagai point-forward, Ivey shooter cepat, dan rookie Ron Holland atletis. “Saya ingin Cade defend wing seperti Mikal Bridges, Ivey rebound seperti Draymond,” katanya. Visi ini lahir dari pengalaman: ayahnya, Bernie Bickerstaff, pelatih lama NBA ajarin fleksibilitas sejak kecil. Di pramusim kemarin lawan Knicks, Pistons tes lineup hybrid—Cunningham di center sementara, Ivey di point guard—hasilnya, plus-minus +12 di kuarter ketiga. Ini beda dari era Monty Williams yang kaku, bikin Bickerstaff yakin: all-role bisa bawa Pistons ke play-in musim ini.
Implementasi di Latihan: Drill Serba Bisa yang Brutal: JB Bickerstaff Ingin Jadikan Semua Pemain Timnya All-Role
Bickerstaff tak buang waktu. Latihan pramusim mulai September, dia terapkan drill all-role setiap hari: rotasi posisi setiap 10 menit, simulasi switch defense lawan screen, dan shooting station yang campur mid-range, three, dan layup. “Pemain harus tak nyaman dulu baru adaptasi,” candanya. Cunningham, yang rata-rata 22,7 poin musim lalu, kini latihan blok seperti center—sudah catat 2 blok di scrimmage internal. Ivey, shooter 38 persen tiga angka, dipaksa rebound dan pass: “Saya capek, tapi Coach bilang ini bikin kami tak terduga.”
Hasil awal positif: di laga pramusim lawan Bulls 3 Oktober, Pistons menang 105-98 dengan 12 steal tim—tertinggi sejak 2022. Holland, rookie nomor 5 draft, cetak 8 poin dari posisi guard meski biasa forward. Bickerstaff pakai data: video breakdown tiap malam, fokus turnover rate yang turun 15 persen dari musim lalu. Tantangan? Pemain veteran seperti Tobias Harris protes awalnya, tapi kini ikut: “JB bikin kami pintar, bukan cuma atlet.” Ini strategi mirip Popovich di Spurs: all-role ciptakan chemistry, kurangi cedera spesialisasi.
Dampak untuk Pemain dan Tim: Potensi Besar, Risiko Cedera
Visi all-role ini ubah dinamika Pistons. Cunningham bilang, “Saya dulu cuma scorer—sekarang saya leader di mana saja.” Ini bikin tim lebih tangguh: simulasi lawan Warriors kemarin, mereka switch 80 persen screen sukses, batasi Curry hipotetis. Dampak positif: kedalaman bench naik, dengan Ausar Thompson bisa main small forward atau center. Analis ESPN prediksi: kalau sukses, Pistons naik 20 kemenangan musim ini.
Tapi risiko ada: beban multi-role tingkatkan cedera, seperti Ivey yang lututnya linu minggu lalu. Bickerstaff atasi dengan rotasi ketat—tak lebih 28 menit per pemain pramusim. Pemain apresiasi: “Coach tak egois, dia bangun tim, bukan bintang,” kata Harris. Di level tim, ini angkat moral: fans Detroit, yang kecewa musim lalu, jual tiket pramusim naik 25 persen. Bickerstaff tambah, “All-role bukan soal sempurna, tapi siap segala—itu DNA juara.”
Kesimpulan
Ambisi J.B. Bickerstaff jadikan semua pemain Pistons all-role pada Oktober 2025 ini jadi blueprint rebuild yang segar. Dari drill brutal pramusim sampe potensi Cunningham jadi superstar hybrid, visi ini bisa angkat Detroit dari basement timur. Risiko cedera ada, tapi manfaatnya besar: tim adaptif, chemistry kuat, dan harapan play-in nyata. Bickerstaff buktiin di Cavs dulu—sekarang, di Motor City, dia siap ulangi. Yang pasti, kalau sukses, Pistons tak lagi underdog; mereka jadi tim yang tak terduga. Musim reguler mulai akhir bulan—pantau saja, apakah all-role ini bawa pesta ke Little Caesars Arena.