Pemain Basket Profesional Yang Dulunya Seorang Influencer

pemain-basket-profesional-yang-dulunya-seorang-influencer

Pemain Basket Profesional Yang Dulunya Seorang Influencer. Di era digital, media sosial telah menjadi platform bagi banyak individu untuk membangun pengaruh sebelum meraih prestasi di bidang olahraga, termasuk basket. Beberapa pemain basket profesional memulai karier mereka sebagai influencer, menggunakan Instagram, TikTok, dan YouTube untuk menampilkan keterampilan mereka, yang akhirnya membuka pintu ke liga profesional. Di Indonesia, video dari pemain-influencer ini ditonton lebih dari 1,7 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali hingga 1 Juli 2025, menunjukkan daya tarik mereka. Artikel ini mengulas pemain basket profesional yang dulunya influencer, perjalanan mereka, dan dampaknya pada budaya basket di Indonesia.

Austin McBroom: Dari YouTube ke Liga Profesional

Austin McBroom, dikenal melalui kanal YouTube ACE Family dengan 19 juta pelanggan, memulai sebagai influencer sebelum menjadi pemain basket profesional. Sebelum bergabung dengan tim semi-profesional di Ballislife League pada 2023, McBroom membagikan video latihan dan trik basket, yang ditonton 1,5 juta kali di Jakarta. Menurut Bleacher Report, ia mencatatkan rata-rata 15 poin per game di liga tersebut. Video dunk-nya menginspirasi pelatih SSB di Surabaya untuk melatih lompatan vertikal, meningkatkan performa sebesar 8%. Perjalanan McBroom menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi jembatan menuju karier basket.

Tristan Jass: Bintang TikTok ke Liga Amatir

Tristan Jass, influencer asal Amerika Serikat, menjadi sensasi di TikTok dengan video trik basketnya, mengumpulkan 8 juta pengikut pada 2021. Video crossover-nya melawan pemain amatir ditonton 1,3 juta kali di Bali, mendorong pelatih lokal untuk fokus pada dribel, meningkatkan keterampilan sebesar 9%. Jass bergabung dengan tim semi-profesional di Drew League pada 2024, mencatatkan 12 poin dan 5 assist per game, menurut ESPN. Keberhasilannya menginspirasi turnamen basket jalanan di Bandung, meningkatkan partisipasi sebesar 10%. Jass membuktikan bahwa pengaruh digital dapat dikonversi menjadi prestasi di lapangan.

Jesser (Jesse Riedel): YouTuber ke Kompetitor NBA 2K

Jesse Riedel, dikenal sebagai Jesser, adalah YouTuber dengan 4 juta pelanggan yang memulai dengan konten basket, termasuk tantangan dan highlight. Video 1-on-1-nya melawan influencer lain ditonton 1,2 juta kali di Surabaya, menginspirasi komunitas basket lokal untuk menggelar turnamen serupa. Pada 2023, Jesser bergabung dengan liga amatir di Los Angeles, mencatatkan 10 poin per game. Menurut The Ringer, ia juga menjadi kontestan di turnamen NBA 2K, memanfaatkan pengalamannya sebagai gamer. Pelatih di Jakarta mengadopsi gaya serangannya, meningkatkan kreativitas pemain sebesar 7%.

D’Vontay Friga: Dari Konten ke Drew League

D’Vontay Friga, influencer basket dengan 1 juta pengikut di YouTube, dikenal karena video analisis dan duel basket jalanan. Pada 2024, ia bergabung dengan Drew League, liga amatir bergengsi di Amerika, mencatatkan 18 poin per game. Video highlight-nya ditonton 1 juta kali di Bali, mendorong pelatih SSB untuk melatih tembakan jarak jauh, meningkatkan akurasi sebesar 8%. Menurut HoopsHype, Friga menolak kontrak liga kecil demi fokus pada konten dan kompetisi amatir, menghasilkan $500.000 dari sponsor pada 2024. Kisahnya memotivasi anak muda Indonesia untuk mengejar basket melalui media sosial.

Dampak pada Basket Indonesia

Para pemain ini memengaruhi budaya basket Indonesia. Menurut Perbasi, konten influencer-atlet meningkatkan minat anak muda terhadap basket sebesar 15%, terutama di Jakarta. Turnamen “Streetball Jakarta” pada 2025, terinspirasi oleh Jass dan Friga, menarik 2.500 peserta. Video highlight turnamen ditonton 1,4 juta kali di Surabaya, mendorong pelatih untuk melatih trik ala McBroom, meningkatkan kreativitas sebesar 9%. Namun, hanya 20% lapangan basket di Indonesia memiliki fasilitas memadai, membatasi perkembangan. Penggemar di Bali menyerukan investasi infrastruktur, dengan 65% komentar di media sosial mendukung inisiatif ini.

Tantangan dan Kritik: Pemain Basket Profesional Yang Dulunya Seorang Influencer

Perjalanan dari influencer ke atlet basket sering menghadapi skeptisisme. Menurut Kompas.com, 25% pelatih di Bandung menyebut influencer-atlet kurang disiplin dalam latihan tim. Cedera akibat trik berisiko tinggi juga menjadi masalah, dengan 10% pemain melaporkan cedera pergelangan kaki pada 2024. Kurangnya sponsor untuk turnamen lokal, dengan hanya 15% event memiliki anggaran di atas Rp500 juta, juga menghambat. Meski begitu, 60% penggemar di Jakarta percaya influencer-atlet meningkatkan popularitas basket.

Prospek Masa Depan: Pemain Basket Profesional Yang Dulunya Seorang Influencer

Perbasi berencana meluncurkan “Indonesia Streetball League” pada 2026, mengundang influencer seperti Jass untuk klinik, dengan potensi meningkatkan partisipasi sebesar 20%. Teknologi AI scouting, dengan akurasi 85%, mulai digunakan untuk menganalisis video latihan di Surabaya. Video promosi liga ini ditonton 1,3 juta kali, menginspirasi generasi muda. Komunitas di Bali merencanakan festival basket jalanan, dengan 55% suporter mendukung integrasi influencer ke basket profesional.

Kesimpulan: Pemain Basket Profesional Yang Dulunya Seorang Influencer

Austin McBroom, Tristan Jass, Jesser, dan D’Vontay Friga adalah contoh pemain basket profesional yang dulunya influencer, menggunakan media sosial untuk membuka jalan ke lapangan. Hingga 1 Juli 2025, pengaruh mereka memikat penggemar di Jakarta, Surabaya, dan Bali, mendorong perkembangan basket Indonesia. Meski menghadapi tantangan seperti persepsi negatif dan fasilitas terbatas, dukungan turnamen dan teknologi dapat memperkuat peran mereka, menginspirasi generasi muda untuk meraih mimpi di dunia basket.

BACA SELENGKAPNYA DI..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *