Tony Snell Terkena Diagnosis Autisme

tony-snell-terkena-diagnosis-autisme

Tony Snell Terkena Diagnosis Autisme. Kabar mengejutkan datang dari mantan pemain NBA, Tony Snell, yang mengungkapkan bahwa dirinya didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme (ASD) di usia 31 tahun. Pengakuan ini menjadi sorotan karena Snell, yang dikenal sebagai pekerja keras di lapangan basket, ternyata telah hidup dengan autisme sepanjang hidupnya tanpa menyadarinya hingga diagnosis anaknya menjadi pemicu. Kisahnya tidak hanya menyoroti perjuangan pribadi, tetapi juga membuka diskusi tentang autisme di dunia olahraga profesional. Bagaimana Snell bisa mencapai level NBA dengan kondisi ini, dan apa tanggapannya atas diagnosis tersebut? Mari kita ulas lebih dalam. BERITA BASKET

Siapakah Itu Tony Snell
Tony Snell, lahir pada 10 November 1991 di Watts, California, adalah mantan pemain NBA yang dikenal sebagai small forward dengan kemampuan menembak tiga angka dan pertahanan solid. Kariernya dimulai di University of New Mexico, sebelum terpilih sebagai pick ke-20 di NBA Draft 2013 oleh Chicago Bulls. Snell kemudian bermain untuk beberapa tim, termasuk Milwaukee Bucks, Detroit Pistons, Atlanta Hawks, Portland Trail Blazers, dan New Orleans Pelicans, dengan puncak kariernya di musim 2016/2017 bersama Bucks, di mana ia mencatatkan rata-rata 8,5 poin dengan akurasi tembakan tiga angka 40,6%.

Meski tidak pernah menjadi bintang utama, Snell dikenal karena kerja keras dan profesionalismenya. Setelah meninggalkan NBA pada 2022, ia bermain untuk Maine Celtics di G League hingga musim 2023/2024. Di luar lapangan, Snell adalah ayah dari dua anak, termasuk Karter, yang diagnosis autisme anaknya menjadi titik balik dalam hidupnya. Kini, Snell aktif di Special Olympics, menggunakan platformnya untuk meningkatkan kesadaran tentang autisme.

Bagaimana Dia Bisa Bermain di NBA Jika Terkena Autisme
Autisme, yang merupakan gangguan perkembangan saraf dengan tantangan dalam interaksi sosial dan komunikasi, tidak menghalangi Tony Snell untuk mencapai level profesional di NBA. Snell mengaku bahwa ia selalu merasa “berbeda” sejak kecil, sering kali lebih suka menyendiri dan kesulitan menjalin hubungan personal. Namun, fokus intensnya pada basket menjadi keunggulan. Autisme sering kali dikaitkan dengan kemampuan hiper-fokus, yang membantu Snell mengasah keterampilan seperti tembakan tiga angka dan pertahanan melalui latihan berulang.

Snell percaya bahwa tidak didiagnosis saat kecil justru membantunya. Pada era 1990-an dan 2000-an, pemahaman tentang autisme masih terbatas, dan diagnosis dini mungkin telah membatasi peluangnya karena stigma atau ekspektasi rendah. Dengan dedikasi dan disiplin, Snell mampu menembus NBA, bermain di 601 pertandingan dengan rata-rata 6,1 poin dan 39,4% akurasi tembakan tiga angka. Dukungan keluarga dan lingkungan basket yang terstruktur juga membantu menutupi tantangan sosial yang ia hadapi, memungkinkannya fokus pada permainan.

Apa Tanggapan Tony Snell Atas Diagnosis Tersebut
Diagnosis autisme Snell dipicu oleh pengalaman anaknya, Karter, yang didiagnosis dengan ASD pada usia 18 bulan. Hal ini mendorong Snell untuk menjalani evaluasi pada 2022, dan hasilnya mengkonfirmasi bahwa ia juga berada di spektrum autisme. Snell mengaku tidak terkejut dengan diagnosis ini. Sebaliknya, ia merasa lega karena akhirnya memahami mengapa ia selalu merasa berbeda. Ia menggambarkan momen diagnosis sebagai “mengenakan kacamata 3D,” yang memberikan kejelasan tentang pengalaman hidupnya.

Snell melihat diagnosis ini sebagai peluang untuk mendukung anaknya dan meningkatkan kesadaran tentang autisme. Ia kini aktif terlibat dalam Special Olympics dan berbagai kegiatan amal, berbagi ceritanya untuk menginspirasi orang lain. Snell juga menekankan pentingnya penerimaan diri, menyatakan bahwa autisme bukanlah batasan, melainkan bagian dari identitasnya yang membuatnya unik. Tanggapannya yang positif dan terbuka telah mendapat pujian dari komunitas basket dan organisasi yang mendukung autisme.

Kesimpulan: Tony Snell Terkena Diagnosis Autisme
Pengakuan Tony Snell tentang diagnosis autisme di usia 31 tahun adalah kisah inspiratif tentang ketangguhan dan penerimaan diri. Meski menghadapi tantangan sosial yang tidak ia sadari selama bertahun-tahun, Snell mampu menjalani karier sukses di NBA berkat fokus dan dedikasinya pada basket. Diagnosis ini tidak hanya memberikan kejelasan tentang hidupnya, tetapi juga memperkuat komitmennya untuk mendukung anaknya dan mengedukasi publik tentang autisme. Kisah Snell menunjukkan bahwa autisme bukanlah penghalang untuk meraih mimpi besar, dan keterlibatannya di luar lapangan kini menjadi teladan bagi banyak orang. Dengan semangatnya, Snell membuktikan bahwa keberhasilan datang dari menerima diri sendiri dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *